Jakarta –
Bank Sentral Turki (CBRT) menaikkan suku bunga sebesar 500 basis poin menjadi 50% pada Kamis lalu. Memburuknya inflasi di dalam negeri menjadi alasan bank sentral mengambil kebijakan tersebut.
Inflasi naik sebesar 67 persen pada bulan Februari, lebih besar dari perkiraan. Hal ini sejalan dengan keputusan bank sentral sebelumnya untuk mempertahankan suku bunga setelah serangkaian kenaikan sejak bulan Juni.
Kenaikan suku bunga terakhir terjadi 10 hari sebelum pemilu negara bagian pada 31 Maret 2024. Namun, para analis menilai ini adalah kebijakan netral dan tidak ada partai politik yang membatasi kenaikan harga.
iklan
Gulir untuk melanjutkan konten.
tersebut Penjaga, Sabtu (23/2/2024), mata uang lira menguat 1,5% menjadi 31,91 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Memang penurunan nilai lira sudah terjadi berminggu-minggu. Obligasi dolar Turki terus meningkat.
“Sikap moneter ketat akan dipertahankan sampai terjadi penurunan inflasi bulanan yang signifikan dan berkelanjutan dan inflasi kembali ke tingkat target,” kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.
Pengetatan moneter akan terus berlanjut hingga kondisi membaik. Piotr Mathis, analis senior FX di InTouch Capital Markets di London, mengatakan kenaikan suku bunga cukup untuk mengguncang pasar.
Keputusan hari ini merupakan sinyal kuat bahwa Gubernur (CBRT) Fatih Karahan yang menggantikan (Hafize Gaye) Erka yang tiba-tiba mengundurkan diri, bertekad mengendalikan inflasi yang tinggi, ujarnya.
Meskipun inflasi diperkirakan akan turun pada pertengahan tahun, depresiasi lira yang terjadi baru-baru ini dan penurunan cadangan devisa diperkirakan akan menyebabkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Kebijakan fiskal yang ketat diharapkan terjadi setelah pemilu. Ia memperkirakan hal ini akan meningkatkan biaya pinjaman dan penderitaan ekonomi masyarakat Turki.
(Ili/Ara)
Sumber: https://finance.detik.com/finansial